Sistem Kepercayaan Nenek Moyang dan Sarana Pemujaan Yang Pernah Ada di Indonesia



Indonesia memiliki beragam agama yang dianut oleh masyarakatnya, ada Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Islam dan Kong Hu Cu. Sebelum masuknya agama-agama tersebut masyarakat indonesia telah lebih dulu menganut sistem kepercayaan. Belum adanya pengantar tentang kehidupan beragama membuat masyarakat zaman dahulu mempercayai hal-hal ghaib yang terjadi disekitar mereka. Bahwa apapun yang terjadi adalah sebuah kehendak alam dan tidak bisa dilawan oleh manusia.

 Sistem Kepercayaan Nenek Moyang dan Sarana Pemujaan Yang Pernah Ada di Indonesia

Upaya masyarakat untuk mendekatkan diri dengan alam dilakukan dengan berbagai cara seperti mengadakan upacara pemberian sesaji, upacara pemujaan, dan masih banyak ritual lainnya.

Beberapa kepercayaan yang dianut oleh masyarakat zaman dahulu sebelum adanya  agama antara lain,


A. Animisme
Animisme adalah sebuah kepercayaan kepada jiwa atau ruh nenek moyang yang sudah meninggal tetapi dianggap masih sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di dunia nyata. Diyakini bahwa ruh tersebut ada yang baik dan jahat, kemudian untuk mengatasi ruh-ruh yang dianggap jahat maka diadakanlah upacara pemujaan.

B. Dinamisme
Dinamisme adalah sebuah kepercayaan akan sebuah kekuatan alam dan benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan ghaib. Misalnya, batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung. Masyarakat yang mempercayai aliran ini seringkali mengadakan ritual-ritual atau upacara pemujaan dengan harapan bahwa kekuatan ghaib itu akan dapat membantu masyarakat.

C. Totemiswe
Totemisme adalap suci atau sakrh menganggap suci dan sakral terhadap beberapa binatang-binatang tertentu. Misalnya, sapi, ular, kambing, dan yang lain.

D. Shamanisme
Shamanisme adalah pemujaan terhadap pelaksana upacara ritual, misalnya terhadap dukung atau pemimpin upacara ritual.

Dan sebagai penganut aliran kepercayaan tersebut, maka untuk melakukan sebuah pemujaan atau upacara ritual tertentu pasti dibutuhkan sebuah sarana, yaitu dengan membuat suatu bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran besar. Dan peninggalan-peninggalan batu besar untuk sarana pemujaan ini kemudian disebut sebagai zaman Meghalitikum. Bangunan-bangunan batu besar tersebut antara lain,

a. Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu besar yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan kehormatan kepada nenek moyang.

b. Dolmen
Dolmen adalah sebuah bangunan berbentuk meja yang berukuran besar atau sedang terbuat dari batu. Berfungsi untuk meletakkan sesaji dalam pemujaan terhadap ruh nenek moyang.

c. Peti Kubur Batu
Adalah sebuah bangunan berpa lempengan batu besar yang disusun sedemikian rupa membentuk sebuah kotak persegi panjang yang digunakan sebagai peti jenazah.

d. Sarkodagus
Sarkofagus adalah bangnan batu besar yang dibangun menyerupai bentuk sebuah mangkuk, yakni terdiri atas dua keping yang ditangkupkan menjadi sepasang. Sarkofagus biasanya digunakan sebagai peti jenazah.

e. Patung Nenek Moyang
Bangunan berupa sebuah patung atau arca bagian kepala yang disimbolkan sebagai wujud nenek moyang.

f. Punden Berundak
Bangunan serupa jejeran batu yang disusun secara bertingkat menyerupai sebuah candi. Biasanya bangunan ini digunakan untuk upacara pemujaan.

g. Waruga
Waruga adalah bangunan berupa peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus, dan memiliki tutup dari lempengan batu yang lebar.