Cerita Masa Kecil R.A Kartini, Tiga Daun Semanggi dari Jepara



Memasuki bulan April kita semua pasti tau moment bersejarah apa yang diperingati pada bulan ini, yakni peringatan Hari Kartini. Hari Kartini diperingati pada tanggal 21 April setiap tahun, di mana hari itu adalah hari kelahian Kartini yaitu pada 21 April 1879. Semua orang bersuka cita atasnya. Banyak kegiatan-kegiatan positif yang diadakan guna memperingati jasa-jasa pahlawan emansipasi wanita tersebut.

Kegiatan-kegiatan positif yang biasa diadakan adalah seperti karnaval kartini, lomba fashion show kartini, pemilihan kartini sekolah, dan masih banyak kegiatan lain untuk terus mengingat akan perjuangan dari sosok kartini.

Cerita Masa Kecil R.A Kartini, Tiga Daun Semanggi dari Jepara

Semua orang pasti sudah sangat hafal dan mengerti bagaimana perjuangan R.A Kartini untuk membantu emansipasi wanita pada zamannya. Tapi mungkin banyak yang belum tau juga bagaimana dan seperti apa masa kecil R.A Kartini dulu. Bahwa R.A Kartini pun mempunyai cerita masa kecil yang menyenangkan.

Masa kecil R.A Kartini


Kartini adalah putri seorang bupati. Ayahnya adalah RM. Adipati Sosroningrat, ia adalah bupati Jepara dan seorang bupati yang berpandangan maju dalam hal pendidikan. Putra-putranya disekolahkan bahkan sampai belanda, tetapi putri-putrinya justru didatangkan guru untuk memberikan tambahan pelajaran di rumah. Meskipun begitu, anak-anaknya selalu taat dan patuh kepadanya. Mereka semua mencintai membaca dan belajar.

Kartini kecil dirawat oleh pengasuh. Kartini lahir pada 21 April 1879 dengan keadaan yang sehat dan gemuk. Setiap hari tumbuh dengan baik, badannya semakin besar dan kuat, bayi kartini sangat menyenangkan, makannya sangat lahap. Kartini diasuh oleh pengasuh yang bernama Mbah Donoharjo, sebenarnya Donoharjo adalah nama suaminya, sedangkan nama aslinya adalah Mbok Lawijah. Setiap hari Kartini digendongnya, dininabobokan. Apabila Kartini menangis haus, ia akan diberikan kepada ibunya, ibu ngasirah, untuk disusui.

Kartini dipanggil Trinil. Kartini semakin tumbuh menjadi anak yang gesit dan aktif, banyak geraknya. Itulah sebabnya ia diberi julukan Trinil dan dipanggil “Nil”. Apa sih arti dari Trinil? Trinil adalah nama dari burung yang lincah dan cekatan, sangat cocok dengan kepribadian Kartini kecil. Selain nama Trinil, Kartini juga kerap kali dipanggil dengan sebutan “Kerikil”, yaitu si “Batu Kecil”. Setelah mampu berjalan, Kartini semakin gesit tingkahnya. Ia suka berlari kesana kemari, memanjat pohon di halaman rumahnya, tidak pernah mau diam. Mbok Lawijah dibuatnya merasa khawatir dan lelah karena tak bisa mengimbangi keaktifan Kartini.

Kartini mempunyai jiwa kepedulian sejak kecil. Hal ini mulai tampak saat kartini mempunyai adik perempuan yang diberi nama Roekmini. Kartini selalu bersikap seolah-olah dia adalah orang dewasa. Misalnya saat kartini berkata pada ibunya, “Bu, adik tak gendong ya”, sambil menarik-narik bayi Roekmini yang ada di pangkuan ibunya. Dan ketika sang ibu selesai memandikan bayi Roekmini, Kartini dengan sigap mengambilkan pakaian dan turut membantu ibunya. Setelah itu barulah sang ibu memberikan kepercayaan kepada Kartini untuk menjaga adiknya.

Kartini dan adik-adiknya punya julukan sendiri-sendiri. Kartini karena kelincahan dan kegesitannya ia dipanggil sebagai Trinil. Begitu pula dengan adik-adikya. Roekmni, adik pertama kartini ini diberi julukan “Bikmi”, bermula saat kartini hendak memberi susu kepada roekmini dan botol minumnya pecah tersepak kaki reokmini yang bergerak-gerak. Dan ketika ditanya sang ibu mengapa botolnya pecah, kartini menjawab, “Wong Bikmi tak mikna” (bikmi sedang saya beri minum).  Dan sejak itulah Roekmini diberi julukan Bikmi. Kemudian lahirlah adik dari kartini dan roekmini, kartini semakin sibuk turut membantu mengurus adik kecilnya yang bernama Kardinah. Seperti kakak-kakaknya, Kardinah pun mempunyai julukan sendiri. Bayi kardinah sering menangis, hingga sang nenek berkata, “iku bocah ngelih, mbok didulang ta”. Dan kebetulan saat itu nasi belum masak dan sang nenek berkata lagi, “la mbok iya diculikake sitik bae rak bisa”. Setelah diberi nasi, bayi kardinah kemudian berhenti menangis. Dan semenjak itu apabila mendengar sang adik menangis, Kartini dengan cepat meminta diambilkan nasi untuk adiknya dengan berkata, “cuwike cuwike sego adik”. Dan sejak itulah kemudian Kardinah mendapat julukan Cuwik.

Kartini dan adik-adiknya, Tiga Daun Semanggi dari Jepara. Tak jauh dari kakak-kakaknya, kardinah pun tumbuh menjadi anak yang lincah dan cekatan. Mereka bertiga, Kartini, Roekmini, dan Kardinah selalu bermain-main bersama. Kemanapun selalu bertiga dan tidak pernah terpisah. Sehingga karena itulah mereka mendapat sebutan “Tiga Daun Semanggi dari Jepara” . mereka selalu kompak dalam tindakan dan pemikiran.

R.A Kartini sudah mempunyai jiwa kepemimpinan sejak kecil dan saling menyayangi terhadap adik-adiknya. Pelajaran yang perlu dicontoh bukan hanya tentang bagaimana kartini berjuang untuk wanita, tetapi juga bagaimana kita bisa menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri dan orang lain, serta memiliki sikap saling menjaga dan menyayangi terhadap siapapun.