Mengenal 8 Pahlawan Revolusi Korban Peristiwa G30S PKI



Pahlawan revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam peristiwa G30S PKI atau Gerakan 30 September PKI.

Gelar tersebut diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk menghormati dan mengenang para jenderal yang tumbang dalam tugasnya. G30S PKI juga merupakan sejarah kelam bagi Indonesia. Ketika itu, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki tujuan mengubah ideologi bangsa indonesia, yang semula Pancasila menjadi Komunis yang bersebrangan. Perwira militer yang gugur dalam tugas tersebut diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB), seperti Ahmad Yani yang sebelumnya berpangkat Letnal Jenderal TNI menjadi Jenderal TNI.

Mengenal 8 Pahlawan Revolusi Korban Peristiwa G30S PKI

Pahlawan menurut KBBI adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, dan Revolusi adalah sebuah perubahan waktu yang singkat.

Dalam peristiwa tersebut, terdapat 10 Pahlawan Revolusi yang tewas antara lain Jenderal Ahmad Yani, Letjen Raden Suprapto, Letjen Mas Tirtodarmo Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen D.I. Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Andreas Tendean, Ajun Inspektur Polisi Dua Karel Sadsuitubun, Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono

Berikut biografi singkat mengenal 10 Pahlawan Revolusi yang menjadi Korban Peristiwa G30S PKI:


1. Jenderal Ahmad Yani 

Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Ketika itu, Jabatannya adalah Panglima Angkatan Darat (KSAD).Beliau menempuh pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Jenderal Ahmad Yani turut berkontribusi dalam beberapa peristiwa penting seperti halnya Pemberantasan PKI di Madiun tahun 1948, Agresi Militer Belanda 2 dan pennumpasan DI/TII di Jawa Tengah. 


Pada tahun 1962, Ahmad Yani diangkat sebagai KASAD dan seletah tiga tahun menjabat, Ahmad Yani dituduh ingin melengserkan Presiden Soekarno. Dan pada akhir hayatnya, Ahmad Yani menjadi pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965 dan dibuang bersamaan dengan para pahlawan revolusi lainnya di Lubang buaya.

2. Letjen R. Suprapto

Letnan Jenderal TNI R Suprapto lahir di Purwokerto pada tanggal 20 Juni 1920. Pendidikan formalnya setelah tamat dari MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) di Yogyakarta yagn diselesaikan tahun 1941.


Namun, pendidikan Suprapto terpaksa berhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia dan Ia juga turut aktif dalam merebut senjata pasuka jepang di Cilacap. Suprapto bergabung dengan TKR di Purwokerto. Dia juga terjun dalam pertempuran Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman. Karir Suprapto makin bersinar di militer. Saat PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Ia menolaknya. Penolakan tersebut membuat PKI menculik dan membunuh Suprapto bersama petinggi TNI AD lainnya. Jasad R. Suprapto di temuka di Lubang Buayasa dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

3. Letjen M.T. Haryono

Letnan Jenderal M.T. Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. Dia menempuh pendidikan di ELS (setingkat SD) kemudia M.T. Haryono menempuh pendidikan sekolah kedokteran namun tidak tamat selama pendudukan Jepang datang.


MT Haryono fasih dalam 3 bahasa yakni Belanda, Inggris, dan Jerman. M.T. Haryono pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer Indonesia Pada KMB serta Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Deputi III Menteri. M.T. Haryono bersama petinggi lainnya gugur akibat G30S PKI pada 1 Oktober 1965.

4. Letjen S. Parman

Letnan Jenderal Siswando Parman atau lebih dikenal S. Parman lahir di Wonosobo yang pada saat ini masih bernama India Belanda pada tanggal 4 Agustus 1918. S. Parman pernah mengikuti pendidikan SD, SMP dampai sekolah tinggi kedokteran. 


Namun lagi lagi ketika tentara jepang menduduki Republik S. Parman gagal meraih gealr dokternya.Setelah kemerdekaan Indonesia, Letjen S. Parman bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia diangkat menajdi kepala staf dari Polisi Militer di yogyakarya. Empat tahun kemudian Ia menjadi kepala staf untuk Gubernur militer Jabodetabek. Pengalamannya di bidang Intelijen bermanfaat bagi TNI dan ia berhasil mengetahui rencana PKI. Naasnya, pada 1 oktober 1965 dia diculik dan dibunuh bersama jenderal lainnya dan di buang di lubang buaya.

5. Mayjen D.I. Pandjaitan

Mayor Jenderal TNI Donald Isaac Pandjaitan atau lebih dikenal D.I. Pandjaitan lahir Balige, Sumatera Utara pada tanggal 9 Juni 1925.


D.I. Pandjaitan mengikuti pendidikan militer Gyugun pada masa pendudukan Jepang. Kemudian D.I. Pandjaitan mengikuti TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Sebelum meninggal dunia, dia diangkat sebagai Asisten IV Panglima Angkatan Darat. Dan pada 1 Oktober 1965 beliau tewas dengan perwira lainnya di Lubang Buaya.

6. Mayjen Sutoyo

Mayor Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada tanggal 28 Agustus 1922. 


Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Sutoyo bergavung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Beliau adalah seorang perwira tinggi di TNI-AD. Sutoyo ditemukan meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, di usia 43 tahun.

7. Kapten Pierre Tendean

Kapten Czi. Pierre Andries Tendean lahir di Batavia pada tanggal 21 Februari 1939. Ia mengawali karier militer dengan menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai Ajudan Jenderal Besar TNI A.H. Nasution. Pierre merupakan satu satunya anak lelaki dalam keluarga ideal pada masa kolonial. 


Setelah lulus dari akmil pada tahun 1961, ia mengikuti pendidikan sekolah intelijen di Bogor. Setelah lulus, ia ditugaskan ke Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD). Tahun 1965, perwira muda ini kemudian diangkat menadi ajudan Menteri koordinator Pertahanan Keamanan. Pada saat bertugas ia mengaku sebagai A.H. Nasution oleh kelompok G30S dan akhirnya terbunuh bersama jenderal lainnya di Lubang Buaya.

8. Ajun inspektur Polisi Dua Karel Sadsuitubun

Ajun inspektur Polisi Dua Karel Sadsuitubun lahir di Tual, maluku tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928. Beliau adalah pengawal dari J. Leimena. Ketika lulus menjadi anggota POLRI ia ditugaskan di kesatuan Brimob ambon. 


Ia mengikuti Operasi Militer Trikora yang isinya menuntut pengembalian Irian Barat dari tangan Belanda. Karena menganggap para pimpinan Angkatan Darat sebgai penghalang utama cita citanya, PKI merencanakan untuk melakukan penculikan dan pembunuhan perwira angkatan darat yang dianggap menghalangi cita-citanya. Naasnya, karna ia ingin melindungi Dr. J. Leimana, ia pun tewas terbunuh setelah peluru menembus tubuhnya.

Demikian profil 8 Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI, yang wajib kita ketahui dan kita kenang akan jasanya. JASMERAH, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. 




0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan untuk berkomentar yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas diatas. Mohon maaf, kami akan menghapus komentar yang berbau P0RN0GRAFI, JUD!, H4CK!NG, 0B4T dan sejenisnya.